Jumat, Juli 18, 2008

BERPIKIR SEDERHANA



Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang pemburu yang menginginkan buruan paling besar ? Kisah ini entah sumber awalnya dari mana, tetapi kisah ini sangat berkesan bagi saya. Ceritanya begini, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa perlengkapan berburunya. Dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya agar berhasil mendapatkan binatang buruan. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa dewasa.
Tidak lama setelah memasuki hutan, seekor kelinci lewat di depannya. Dengan sekali bidikan senjata atau ayunan parang tajam yang dibawanya, kelinci itu pasti diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, “untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelinci kecil ? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?” Dibiarkanlah si kelinci lewat dihadapannya.
Tidak lama berselang, seekor kancil kecil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya dan tidak mengetahui keberadaan dirinya, maka dengan sekali bidikan pasti diperolehnya. Tetapi sang pemburu berpikir, “Ah, hanya seekor kancil kecil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia.” Sekali lagi dibiarkanlah kancil kecil ini lewat dihadapannya.
Agak lama sang pemburu menjelajahi hutan menunggu buruannya. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh dengan bidikan senjatannya, tetapi ternyata, ah…kijang kecil. “Ah kurang besar”, pikirnya. Ia pun membiarkannya berlalu.
Lama sudah ia berjalan mencari buruannya, tetapi tidak bertemu dengan rusa yang lewat, sehingga ia sampai kelelahan dan beristirahat tertidur dibawah pohon. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, “Rusa!!!” sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menembaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.
Seringkali tanpa kita sadari kita melewatkan berbagai kesempatan-kesempatan kecil dihadapan kita, hanya karena kita berpikir sesuatu yang besar saja. Padahal kesempatan-kesemptan kecil itu sudah pasti dihadapan kita. Kita menganggap bahwa hal-hal kecil ini tidak memberikan manfaat apa-apa untuk dilakukan. Demikian juga dalam kehidupan ini, banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, sehingga mengabaikan hal-hal kecil dan sederhana. Ia berpikir yang tinggi-tinggi saja dan tidak mau mempedulikan yang kecil-kecil dihadapannya. Bicaranya pun terkadang sulit dipahami, karena terlalu diawang-awang dan tidak membumi.
Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Kesempatan-kesempatan bisnis yang ada dianggapnya kurang bergengsi, terlalu kecil dll. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya kesempatan-kesempatan itu berlalu dan ia tidak mendapatkan apa-apa.
Seorang yang ingin memulai usaha misalnya, terkadang menganggap kesempatan-kesempatan kecil dihadapannya dianggapnya tidak bergengsi atau terlalu kecil dikerjakan. Dalam benaknya, ” saya ingin memulai usaha yang besar, bergengsi dan memberikan keuntungan tinggi.” Akibatnya langkahnya seringkali terhenti, karena yang besar itu membutuhkan persiapan dan modal yang sangat besar, sehingga ia terlalu penuh perhitungan dan tidak berani memulainya. Walhasil, ia tidak melangkah dan memiliki pengalaman memulai usaha sekalipun.
Seorang yang ingin menulis buku misalnya, terkadang pikirannya hanya dipenuhi bahwa “saya hanya akan menulis hal-hal yang besar dan hebat saja”. Sehingga jemarinya menjadi tertahan, meskipun sebenarnya banyak hal-hal yang dikuasainya bisa diungkapkannya melalui tulisan. tetapi ia selalu berpikir “ah ini terlalu dangkal dan tidak mendalam”. Akhirnya menjadi tertahan untuk mulai menguntai kata. Walhasil, tidak satu tulisanpun terselesaikan.
Seorang penulis buku “best seller” misalnya, kebanyakan mereka baru berhasil menjadi best seller setelah menuliskan beberapa bukunya. Buku pertamanya mungkin yang membaca baru 2,000 pembaca, buku kedua mungkin meningkat menjadi 3,000 pembaca, maka buku ketiga bisa berlipat menjadi 10,000 pembaca, karena semakin banyak orang telah mengenal pemikirannya. Iapun menjadi penulis “best seller”, misalnya. Semuanya dimulai dari yang kecil dan jarang yang pertama langsung menjadi besar.
Setiap orang tentu saja memerlukan harapan dan idealisme supaya tidak asal tabrak dan ambil setiap kesempatan yang datang. Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat dan tidak berani berpikir besar. Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Allah SWT mengajarkan kepada kita masalah-masalah kecil terlebih dahulu sebelum kemudian mempercayakan perkara besar. Lagipula kita harus menyadari tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna yang memenuhi semua idealisme kita.
Berpikirlah sederhana, dengan memulai dari hal-hal kecil yang ada dihadapan kita. Konsisten pada hal-hal kecil akan membawa kita menuju tujuan yang besar. Bukankah sebuah kata bijak mengatakan “langkah seribu mil hanya bisa dimulai dari satu langkah kecil.” Renungkanlah.